The Aku (Disebut Cerpen Boleh) Part 2

on Selasa, 25 Oktober 2011

Satu persatu kutelusuri foto- foto prodil di MJ, mulai kupilih mana yang bisa atau katakanlah “aman” untuk diajak berteman (dalam hal ini aku sungguh pemilih karena takut berisiko, rezzz!!). satu- dua orang mulai meng-add-ku menjadi teman dan mengirim pesan, ada yang langsung mengajakku untuk ML (maaf, rada vulgar), ada juga yang berkenalan dan minta bertukar nomor telepon dan juga alamat email. Yah, kutanggapi dengan biasa saja, karena mereka memang ga special pake telor. Dan hari pertama menjadi “cowok mahal” pun berakhir dengan hasil menjadi anggota dari jejaring sosial MJ.

Hari kedua, (petualangan untuk menelusuri kehidupan “cowok mahal” ini dimulai pada akhir Januari 2011) lagu “bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi” ga berlaku dihari ini. Bangun tidur langsung laptop dinyaakan, pasang modem, dan buka browser dan ketik MJ (sumpah, awal- awal rasa penasaran segede gunung Arjuna). Namun, apa yag diharapkan tidak terjadi alias ga ada yang kirim pesan atau melihat profilku, mungkin ini nasib newbie alias pendatang baru, masih dicuekin dan diabaikan. Aku mengirim pesan singkat kepada A, bahwa belum ada yang cocok untuk dijadikan korban penelitian dan A memberi saran (dengan paksaan) untuk lebih agresif dalam hal ini aku yang harus mengirim pesan dan melihat profil MJ si “cowok- cowok mahal” duluan. Dan akupun melakukannya, mencoba melihat satu- persatu hingga tak berasa sudah 46 kali melihat profil dan 10 pesan yang terkirim, ternyata account MJ itu terbatas bagi anggota biasa. Dan petualangan hari kedua pun berakhir dengan hasil yang nol.

Lupa memperkenalkan diri, sedikit malu, karena ini mungkin adalah confession of a “cowok mahal” wanna be. Baiklah, aku pake nama samaran saja, di dunia nyata sebut saja namaku Arie (bukan Mawar atau Melati, seperti korban pemerkosaan) dan kalau di MJ aku memakai nama Zianlibido, sedikit aneh nama yang kugunakan, namun memang itu sebagai pemancing atau pelet untuk menarik perhatian ikan- ikan liar itu. Aku seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di ssebuah kota di Malang Jawa Timur. Selama ini hidupku biasa- biasa saja dan ga ada yang istimewa bagiku. Tiap hari seperti mahasiswa- mahasiswa yang lain, berangkat ke kamus, makan siang di warung dan kalo bosen pergi ke mall bareng teman- temanku setelah itu ya pulang ke rumah. Itu dulu sekilas profil saya, sebagai penulis dari cerpen ini atau katakanlah diary ga jelas ini.

Beberapa hari menjadi anggota MJ dan belum mendapatkan hasil yang diinginkan, keagresifitasanku mulai kukeluarkan, dan aku mulai mengirim pesan dan meng-add alamat email yang mereka sertakan dalam profil mereka. Dan seperti yang kutulis diawal masih pendatang baru yang baru debut (kayak boyband atau girlband aja debut), aku masih belum terlalu diperhatikan masih sedikit diabaikan walau sudah ada yang muali membalas pesan atau menerima permintaan pertemananku. Dan, atas saran juga aku membuat account di Facebook/ FB khusus utuk mengakomodasi pertemananku dengan para “cowok mahal” ini. Di facebook, profilku kuberi nama W Arie Sone, kalau nama ini kuambil dari namaku sendiri dan Sone berasal dari fandom atau fansclub sebuah girlband dari Korea Selatan So Nyeo Si Dae/ Girls Generation yang saat itu dan hingga saat ii kukagumi karena, jujur, kaki mereka dan wajah mereka membuatku tak bisa berhenti melihat video klip lagu- lagu mereka. Bact to topic, finally aku menemukan 2 orang yang cocok untuk dijadikan bahan riset dan masing- masing sesuai dengan kriteria yang kuinginkan (nah lo!), badan tidak terlalu besar, wajah lumayan dan tentunya ga terlalu agresif, alasan kutetapkan kriteria ini adalah pertama wajah tidak terlalu besar, kalau ada apa- apa, misalnya dia mau “macam- macam” aku masih bisa melawan, soalnya badan kami ga beda jauh bentuknya, kedua, wajah lumayan, jadi kalau kita jalan- jalan ga terlalu bikin malu (secara wajahku juga ga jelek- jelek amat), dan yang terakhir tidak terlalu agresif, dan pasti alasan untuk yang terakhir ini, takut kalau korban risetku terlalu agresif nanti aku “diapa- apain”.

Dan, hanya satu yang berhasil kuhubungi dan berhasil menjadi temannya, yang satu lagi sombongnya minta ampun, sok kecakepan dan najis tralala pokoknya. Yang satu ini, lumayan lah enak diajak ngobrol di YM ataupun via sms. Memamng pendekatanku pertama bukan bertemu langsung, masih belum siap lahir dan batin, mental ini masih labil, maka kuputuskan sementara berhubungan hanya via YM dan sms. Namanya sebut saja RP, seorang pekerja disebuah restoran cepat saji disebuah mall terkenal di Malang, asal Surabaya dan ternyata 2 tahun lebih tua dari aku. RP bisa dikatakan berwajah lumayan, tubuh tak terlalu berbeda denganku yaitu papan penggilesan alias krempeng dan yang paling penting dia baik hati dan tidak sombong serta sok kecakepan.

The Aku (Disebut Cerpen Boleh) Part 1

on Jumat, 21 Oktober 2011


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE

Pertama ini mungkin sebuah alasan klise yang sering dikatakan oleh setiap orang yang masuk terlalu dalam pada sebuah jurang kenistaan (lebay dikit). Dibilang kenistaan juga bukan sebenarnya, namun bagiku memang ini sebuah aib yang seharusnya ditutupi bukan diungkapkan. Kembali ke topik, aku mengenal dunia “cowok mahal”, sebuah istilah yang sering kugunakan bersama teman perempuanku untuk menyebut dunia kaum homoseksual, pada saat seorang teman (sebut saja A) meminta pertolongan untuk membantu riset skripsinya tentang kaum minoritas ini (mungkin sekarang udah ga minoritas, buktinya kita bisa menemukan hampir disetiap keramaian massa). Karena penasaran (dan kata seorang teman “cowok mahal”, aku ada bakat) aku menerima tawarannya, namun tentunya tidak gratis (jiwa “money boy”).

Petualanganku dimulai dengan riset, browsing . hal ini dilakukan karena sama sekali aku awam dengan kaum homoseksual, dulu aku hanya bisa menebak seseorang itu seorang gay hanya ketika dia bergaya sedikit kemayu (sissy), sebuah tanda yang bisa digunakan setiap orang awam untuk mengira- ira apakah seseorang itu gay atau bukan. Dan kami (aku dan A) menemukan kesulitan untuk berkenalan dengan seorang gay, karena jujur walau kami diatas kertas sudah mulai memahami apa itu gay, homoseksual dan segala pernak- perniknya, namun kami nol besar untuk cara berkenalan ataupun memuali berkenalan dengan gay, biseksual dan sejenisnya (mbulet, intinya kami kesulitan mencari gay yang “cowok”). Seperti mendapatkan oase ketika berkelana di padang Sahara yang tandus, ketika aku menceritakan tentang riset ini kepada seorang teman (B), B memberi tahuku sebuah jejaring sosial khusus gay, biseksual dan sejenisnya (wow, tenyata si B, hmmm).

Tak lama untuk memulai petualangan yang menegangkan ini (rezzz), aku membuat sebuah account di MJ, kita sebut saja inisial dari jejaring sosial ini (kalo kamu “cowok mahal” pasti tau!). namun, karena ada rasa malu, segan, risih aku menempelkan foto profil dengan foto yang ku-edit sehingga tak ada orang yang mengenal kalau itu aku.