Orang Kedua yang Membuat Aku Jatuh Cinta Part I

on Senin, 23 Juli 2012
Pertama aku melihat profil dia di facebook, sedikitpun tak ada rasa untuk mengenalnya. Yah mungkin Tuhan sudah menggariskan kami untuk berkenalan satu sama lain. Sebut saja AR yang mengenalkan kami (dan si AR masih jadi temanku hingga saat ini), AR mengajak kami berdua untuk bertemu di sebuah tempat karaoke. Jujur, kami bertiga belum pernah saling bertemu satu sama lain, kami hanya saling mengenal via yahoo messenger dan juga facebook. Namanya juga iseng aku juga mengiyakan ajakan AR untuk bertemu.
Dan seperti yang kuduga, aku datang pertama kali dan dengan setia menunggu mereka berdua datang. Sambil cuci mata melihat barang- barang yang lagi diskon (biasa lah kantong mahasiswa pasti cari diskonan), mulai dari departemen store hingga butik kujelajahi belum juga nampak batang hidung ataupun bau kentut dua makhluk Tuhan ini. Hingga setengah jam menunggu barulah salah satu dari mereka datang, tak lain dan tak bukan AR, seorang blasteran chinese- panas berkulit putih, tinggi 178 cm dan berwajah lumayan (100% bikin aku minder dan kebanting, bagai pembantu dan majikan)). Enggak tau kenapa hatiku dag- dig- dug kayak gendang Soneta Band, mungkin karena perasaan minder atau apa dan tentu saja si AR yang menyapa terlebih dahulu, dari kesan pertama AR itu orangnya supel, bocor (kayak emak- emak) dan enak diajak ngobrol, kami bagaikan teman lama yang sdah kenal lama (bahasa rada mbulet).
Sambil menunggu makhluk Tuhan yang lainnya, kami berdua memutuskan untuk memesan tempat di sebuah tempat karaoke, sebut merk gapapa kali yah Inul Vista. Untung karena hari itu weekday jadi tanpa harus menunggu ruangan karaoke pun tersedia. Guess what?? both of us were Korean Addict, hahahaha, jadi tanpa diperintah, dipaksa dan didikte list lagu yang akan kami nyanyikan 50 % lagu dari boyband dan girlband Korea. Yah seperti dua orang gila atau sebut saja dua orang 'idol wanna be' kami bernyanyi dan menari menirukan semua gerakan yang ada di layar LCD, walau dengan tubuh kaku dan suara seadanya. Dan tiba- tiba Blackberry AR bergetar, dan ternyata ada telepon dari makhluk Tuhan yang kami tunggu. AR pun keluar ruangan untuk menjemput si makhluk Tuhan itu. Aku, tentu saja aku masih meneruskan menyanyi dan menari, berhubung ga ada orang gaya dan nyanyianku semakin menggila.
RCH, itulah namanya, but actually dia memperkenalkan dirinya dengan nama belakangnya H, whatever, coklat, gigi diberi pager kecamatan, 168 cm, berkacamata Armani (yang menurut AR itu barang kw, soalnya yang asli ga mungkin mengelupas logonya, oh God, sampai segitunya yah!). Si H atau aku lebih suka menyebut dengan RCH langsung bergabung dengan kami dan dia bukan Korean addict seperti aku dan AR, dia suka lagu western dan Indonesia khususnya lagu buat cewek dan cowok galau (plisss\!!). Sekitar satu jam berlalu dan kami pun mengakhiri konser 3 Diva di Inul Vista. RCH (masih dag dig dug rasanya hati ini saat menyebut eh menulis inisial ini) pamit pulang karena takut kemaleman, soalnya rumah dia nun jauh di ufuk barat atau timur Malang, yang disebut Dampit. Aku dan miss AR melanjutkan perjalanan kami dengan window shopping dan minum Teh Racik seharga Rp 2500,00. Puas ber-window shopping, kami berdua pulang dan makan di warung sate 'Sayang' dekat stasiun Kota Baru Malang. ngobrol sana- sini, dan AR bercerita bahwa 2 hari lagi dia akan meninggalkan Malang, karena ada panggilan kerja di Semarang (so sad, itu merupakan perjumpaan pertama dan sampai tulisan ini terbit aku belum bertemu lagi dengan AR, kami berkomunikasi hanya lewat sms dan telepon) dan AR memintaku agar jangan sampai loose contact, karena walau hanya bertemu sekali kami berdua sudah merasa seperti teman yang udah kenal lama.
*AR telah ku anggap sebagai seorang sahabat, walau kami hanya sekali bertemu, tapi aku sering curhat, berkeluh kesah dan begitu sebaliknya AR. Aku lebih suka bercerita kepada orang yang aku sendiri ga terlalu mengenal dia, karena menurutku dia akan memberi penilaian apa adanya tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Aku tahu AR itu menganggapku hanya teman biasa dan kadang dia tak menghiraukanku, tapi sedikit banyak AR telah menguatkanku dan memberi pengetahuan serta membuka mataku tentang arti hidup di 'dunia' ini.
Malam hari kami bertiga ber-chat ria via yahoo messenger, aku lupa apa yang kami bahas, tapi intinya RCH ingin mengenalku lebih jauh lagi. As newbie dan saat itu aku belum terlalu mengerti dunia 'Cowok Mahal' aku membuka lebar tanganku agar RCH istilahnya leluasa PDKT. AR dalam hal ini masih berperan, dia sering mengolokku bahwa aku suka or tertarik kepada RCH, hello??!!! apa yang menarik dari seorang RCH, brewok (walau udah di shaving), berkacamata, gigi terlindung pagar kecamatan, dan yang baru aku sadari bulu kaki dan tangannya lebat banget. Dan aku masih belum mau mengaku pada AR kalau aku tertarik pada RCH, belum karena saat itu memang aku belum tertarik, ok mungkin sekitar 10% lah. Dalam pikiranku saat itu, yeah ini just for fun atau untuk pembelajaran.
RCH semakin intens pedekate, dia sering sms, message YM, atau telepon (padahal kami beda operator). Sedikit demi sedikit ada rasa berkembang dihatiku, dan memang benar love is blind dan love is mystery, kadang kalau RCH sehari ga sms atau ga nge-YM rasanya ada yang kurang, makan tetep enak, tidur tetep nyaman. Aku enggak tahu ini tak- tik atau memang pengorbanan dia, pada hari sabtu tepatnya 2 minggu setelah kami karaoke dia datang ke rumah dengan alasan ingin liat air terjun 'Coban Jahe' (padahal rumahku dan rumah dia jauh buangettt- ngett), mau enggak mau aku menerima dia dengan senang hati. Waktu dia sampai di rumahku, masih aku bertanya, apa yang menarik dari dia? suara cempreng dan wajah pas- pasan, dan bulu dimana- mana (jangan ngeres, dia pake celana pendek). Kami berdua langsung menuju ke 'Coban Jahe' dan karena itu hari sabtu objek wisata nan indah ini sepi tak ada pengunjung kecuali kami berdua. Kami menikmati indahnya air terjun dan karena dia super narsis, aku diminta mengambil fotonya via BB Torch putih-nya (satu lagi hal yang bikin aku minder, waktu karaoke semua orang meletakkan HP di meja, AR dengan BB Onyx 2, RCH with Torch dan aku si upik abu dengan nokia 2730). Karena sepi dan takut hujan akan segera turun kami berdua turun gunung dan kembali pulang. Saat perjalanan pulang, ingin rasa memeluk RCH dari belakang tapi rasa malu dan gengsiku terlalu besar. Dan RCH setelah mengantarku pulang dia langsung pamit pulang.